Thursday 23 February 2017

Cermin

Cermin adalah permukaan yang licin dan dapat menciptakan pantulan bayangan benda dengan sempurna (Wikipedia). Kita bisa melihat beberapa bagian dari diri kita yang tidak terlihat melalui cermin. Iya, berarti tetap saja ada bagian yang tidak bisa kita lihat dari diri kita baik secara langsung ataupun melalui cermin. Harap maklum lah, cermin dan kita sama-sama hanya ciptaan. Hanya Yang Maha Pencipta lah yang mampu melihat seluruh bagian kita dan cermin.

Dahulu saya sempat memiliki cermin istimewa. Cermin itu bersih. Saya bisa melihat diri saya cukup jelas melalui cermin itu. Betapa senangnya saya memiliki cermin istimewa itu, karena tidak semua cermin bisa memantulkan persis apa yang ada di hadapannya. Diri yang bersih kurang terlihat bersih di hadapan cermin yang kurang bersih. Diri yang kurang bersih tidak juga terlihat bersih di hadapan cermin yang bersih. Bingung kan? Hehehee apalagi saya...

Setiap pagi, siang, sore dan malam saya senang sekali bermain di depan benda unik tersebut. Aku bisa menemukan jawaban-jawaban dari beberapa pertanyaan yang sebetulnya sejenis. "Sudah bersihkah saya?" "Adakah kotoran kah dari diri saya?" "Adakah noda di atas permukaan kulit saya?" "Adakah belek di mata saya?" "Adakah sisa busa sabun di wajah saya?" "Adakah sisa makanan di sekitar mulut saya?" bahkan "Adakah upil di pipi saya?" Alhamdulillah setiap saya menanyakan semua itu, jawabannya selalu sama: tidak ada, kalian luar biasa! (P.S. Mohon jangan membaca tiga kata sebelum tanda seru mengggunakan nada Ariel NOAH! Kalo Andhika KangenBand nggapapa.. Rizky Febian juga boleh. Aduuh apasi gariing, indikasi  seorang amatir yang setres. Bodo ah bodoo.. XXD )

Lanjut yaa.. Hingga suatu saat saya terbangun dan menyadari bahwa cermin istimewa itu menghilang. Saya benar-benar gundah gulana seperti kuli pabrik yang sengaja membawa makanan ringan sebagai pengganjal perut nanti di tempat kerja, namun ketika kita perut mulai bersuara, makanan itu diminta oleh atasan, senior, dan siapapun yang kita hormati. Dan saya kira budak rikuh (baca: ngga enakan) lebih baik daripada budak perut. Kembali ke cermin, perasaan gundah tersebut memang sangat berat namun seiring berlalunya waktu pasti hilang. Iya, ini hanya masalah waktu. Maha Besar Gusti Allah yang mengaruniai manusia sifat lupa =)

Benar, hari demi hari saya menguatkan diri dengan bergumam dalam hati "toh setiap kali saya bertanya ke cermin, saya luar biasa. So fine, it's okay if i have to passing the days without a special mirror." hehee  tapi Demi Allah saya galau banget waktu itu mas mba.. he'eh beneran... Perlahan namun pasti saya berhasul maksud saya berhasil iya berhasil. Hmmm -_-  bercanda mulu, mending kalau lucu.. lah ini lucu banget. Tapi salah, sebenarnya ini sengaja untuk memperbanyak kata dan menghilangkan setres yaa.. Perlahan namun pasti saya berhasil melewati hari seperti biasanya, tanpa cermin istimewa itu saya tahu kalau saya luar biasa. Saya juga tahu bahwa cermin di dunia ini tidak cuma ada satu tok. Dan melihat gestur semua yang ada di sekitarku seakan berkata bahwa saya oke-oke saja, saya bersih, jujur dan insya Allah amanah.

Sampailah beberapa waktu yang lalu saya dilanda sakit, badan saya bersuhu hampir 40 derajat celcius, tenggorokan sungguh terasa sakit sekali, otak dan dalam hidung berasa beratmosfer ingus dan kepala pusingnya bukan main. Saya usahakan makan beberapa suap lalu meminum beberapa obat dari dokter. Tidak lama setelah itu semua gejala tersebut berangsur-angsur menghilang dan saya pun tertidur dengan lelap.

Keesokan harinya Alhamdulillah saya terbangun dan entah apa yang terjadi cermin istimewa itu datang. Yang saya rasakan pada waktu itu biasa saja. Lah orang saya sudah melupakan, sudah mengikhlaskan atau bahasa anak muda sekarang "gua udeh mup on!" hahaha. Saya tidak tahu persis, kenapa cermin itu datang kembali. Bisa jadi cermin itu sengaja di datangkan oleh Gusti Allah. Akhirnya saya putuskan untuk memberanikan diri berdiri di depan cermin istimewa itu. Soalnya sudah tiga hari 5 jam 27 menit cermin itu tidak beranjak.

Innalillahi wa innailaihi roji'uun.. Astaghfirullah, saya melihat orang asing dari pantulan cermin yang tidak bernoda itu. Orang yang benar2 buruk rupa, bahkan mungkin berbau busuk. Matanya merah dengan kantungnya yang hitam karena selama ini digunakan untuk melihat hal yang tidak semestinya dilihat, lidahnya putih dengan bibir kering yang pecah karena selama ini hanya digunakan untuk menggunjing, mencaci dan sebagainya tanpa sedikitpun untuk menyebut Asma Gusti Allah ataupun membaca firman-Nya. Wajahnya dan seluruh kulitnya kusut karena selama ini tidak pernah berwudhu dengan benar. Cermin bersih itu menunjukan semua kekurangan, dosa-dosa, kemungkaran saya. Saya sungguh tidak kuat melihat diri saya sendiri, ingin saya pecahkan cermin itu. Tapi saya yakin rasa malu lah yang akan hadir setiap harinya. Teringat dulu saya cukup rajin membersihkan diri saya sebelum akhirnya saya berdiri dihadapan cermin istimewa. Kemana saja aku selama ini, Gusti? Isiin aku.. Pengin nangis aku ='(

Sampai saat ini pun saya masih berdiri di hadapan cermin istimewa itu, setelah bolak-balik ke kamar mandi tetap saja kotoran, noda masih saja menempel mesra di sekujur tubuh saya. Sementara Cermin hanya diam.. memang seperti itu dari dulu.. dia tidak melakukan apa-apa secara langsung untuk saya tapi dengan cermin itu lah saya melihat diri saya, barometer. Ohh Gusti Allah, saya benar-benar malu.. malu kepada diri saya, cermin dan lebih-lebih kepada-Mu. Namun, Alhamdulillah terimakasih.. Engkau hadirkan cermin itu lagi untuk saya. Sebelum terlambat, saya pasti akan berusaha untuk membersihkan diri agar pantas berdiri di hadapan cermin itu lagi. Saya akan berusaha untuk rajin mandi dan berusaha untuk tidak merasa lebih baik daripada orang-orang yang tidak mandi. Terimakasih Gusti Alloh, Terimakasih cermin. Dan Terimakasih pembaca yang budiman serta pengeshare yang luar biasa!

Now Playing: Gigi - Akhirnya.

3 comments: