Saturday 24 August 2019

Iktikad perjuangan


Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Maka hari ini akan aku awali melukis betapa hari-hariku
penuh dengan warna-warni hadirmu, dengan menggunakan jemari yang sangat ingin beradu dengan
jemarimu, serta kuas yang berbahan rasa kagumku kepadamu. Memang ini sudah terlambat (kalau
mau dihukum, hukum aja nggak apa-apa hehe), namun perasaan ini terlalu hebat untuk tidak
dibuatkan surat. Surat untuk aku di masa depan, bahwa aku pernah dititipi rasa kagum oleh Tuhan
kepada seseorang dengan luar biasa.

Perasaan memang tidak bisa dipaksakan, tapi setidaknya bisa diperjuangkan selama kita mau dan
mampu. Sejak pertemuan itu, kedekatan kita yang perlahan tumbuh secara signifikan adalah asa
memenangkan hatimu. Meski, tak kunjung lepasnya dirimu dari belenggu masa lalu, perbedaan yang
jumlahnya beribu, serta betapa besar semua pencapaianmu membuatku berkecil hati dan bersiap
menerima kekalahan.

Menang atau kalah, akan kuterima semua itu sebagai hasil dari perjuangan. Jika menang, aku akan
menjadi manusia paling beruntung. Sebab, tidak mungkin tidak ada campur tangan Tuhan untuk
meluluhkan hatimu yang begitu istimewa, sehingga bisa dipeluk olehku— orang biasa dan bukan
siapa-siapa. Jika ini berujung kalah, pasti ada segudang hikmah di dalamnya. Tidak ada yang sia-sia,
pun perjuangan ini bisa dipakai oleh aku di masa mendatang untuk mencintai seseorang dengan cara
yang sama, bahkan lebih.



Kau unik, kau indah, kau istimewa.
Entah akan berakhir suka ataupun duka.
Yang jelas aku bersyukur, Tuhan melibatkan diriku
untuk menyampaikan cinta-Nya untukmu

No comments:

Post a Comment