Rabu, 19 Desember
Rabu
sore itu, Rian bersama teman-temannya sedang bermain futsal. Setelah sholat
ashar, olahraga memang adalah pilihan yang tepat untuk mengisi waktu luang.
Tidak hanya menyehatkan, tetapi juga menyenangkan. Terlihat Rian dan Mu’minin
sedang berlari memperebutkan bola. Karena medan yang saat itu licin, mereka
berdua terjatuh dan baju mereka berdua pun kotor. Hingga sekitar pukul lima
sore, Rian dan teman-temannya berhenti beraktifitas. Mereka pulang ke asrama
dan bergegas mandi.
Singkat
cerita, waktu sudah menunjukan pukul tujuh lebih seperempat malam. Setelah
sholat isya, Rian sama sekali tidak keluar kamar. Tiba-tiba Mu’minin masuk.
“Assalamu’alaikum. Wahh, lagi
ngapain ya, Yan”
“Wa’alaikumsalam.. lagi mau
belajar nih, Nin. Besok ulangan lho. Kok kamu santai-santai aja?”
“Haaah? Emang iya si?”
“Iya, besok itu ulangan harian
fisika.. tapi bukuku kok ngga ada weh, Nin.”
“Masa sih, tadi waktu aku
nyiapin buku buat besok aja ada.”
“Berarti lagi nggak sama ibu
guru kan?”
“Enggak, coba inget-inget
lagi..”
“Kayaknya ketinggalan deh Nin,
aku mau ijin pulang ke rumah aja lah Nin.
Rian pun meminta ijin kepada kepala
asrama untuk pulang ke rumahnya. Meskipun sedikit ada perdebatan, tapi akhirnya
Rian diijinkan pulang. Ia bergegas membawa tas yang juga berisikan
pakaian-pakaian kotornya. Saat itu tentunya angkutan umum sudah tidak beroperasi
karena sudah malam. Ia pun memilih jasa tukang ojek sebagai solusinya. Ketika
di tengah jalan, hujan gerimis turun disertai angin kencang. Dengan hati yang
gelisah dan tubuh yang teramat dingin, Rian pun sampai di rumahnya.
“Assalamu’alaikum.”
Rian segera masuk ke rumah
tanpa menunggu jawaban dari salamnya.
“Kok nggak ada orang, Ibu
dimana ya?”
Rian melepas sepatunya dan
pergi ke kamar untuk ganti pakaian. Setelah itu, ia memasukan pakaian yang
dipakai tadi serta pakaian yang ada di dalam tasnya ke ember tempat
pakaian-pakaian kotor. Baju seragam hari senin dan selasa, pakaian yang tadi
dipakai untuk bermain futsal memang sengaja dibawa pulang oleh Rian. Tiba-tiba
ada suara menjawab salam Rian.
“Wa’alaiumussalam. Rian? Masya
Allah, kenapa kamu pulang Nak? Ini kan malam hari, lagi pula juga hujan.”
Ternyata suara itu berasal dari
balik pintu sebuah kamar yang ternyata adalah Ibu Rian habis selesai
mengerjakan Sholat. Ia menghampiri Rian.
“Anu, itu Bu, bukuku
ketinggalan.” Sahut Rian.
“Buku apa sih? Itu kan, kalau
malam senin ibu selalu bilang ke kamu agar menyiapkan barang-barang bawaan kamu
dan jangan sampai ada yang tertinggal. Tapi kamu nggak pernah mengindahkan
kata-kata Ibu.”
Rian yang saat itu sedang super
capek, tidak bisa mengendalikan emosinya.
“Iya.. iya. Udah ah. Aku capek
nih Bu. Aku mau nyari bukuku dulu.”
Rian masuk ke kamarnya hendak
mencari buku fisika miliknya. Ibu Rian yang sebenarnya masih agak sakit itu
pergi ke dapur. Sebagai seorang Ibu, Ibu Rian merasakan apa yang dialami oleh
anaknya, ia pun membuatkan susu sebagai penghangat untuk Rian. Dalam hatinya,
ia menyimpan berjuta-juta rasa khawatir terhadap anaknya. Rian tadi pulang naik
apa? Dia sakit apa tidak tadi kehujanan? Dia tadi pulang minta ijin dulu apa
tidak? Dia sudah makan apa belum?
Buku yang dicari oleh Rian pun ketemu.
Rian langsung duduk manis dan segera mempelajari bukunya itu. Ibu Rian juga
telah selesai membuatkan susu hangat untuk Rian.
“Rian.. kamu kemana?” panggil
lirih ibunya, ia berjalan dengan membawa susu hangat dan dua bungkus roti. Saat
itu Rian tidak menjawab panggilan Ibunya. Namun Ibu Rian tahu kalau anaknya itu
berada di kamar. Ia pun masuk mengantarkan susu dan roti untuk Rian.
“Ohh.. lagi belajar ya rupanya.
Bukunya udah ketemu kan? Ini ibu bawakan susu dan roti, dihabiskan ya..”
“Oh, makasih ya.. ya udah-udah.
Rian mau belajar nih. Besok ada ulangan.”
“Iya, jadi anak yang pintar dan
berguna ya Nak.”
Ibu Rian meninggalkan kamar Rian. Ia
melihat ember pakaian kotor yang penuh akan pakaian anaknya itu dan
mendekatinya. Dengan tenaga seadanya ia mengambil pakaian itu, merendamkannya
dan hendak mencucinya. Ia merasa iba dengan Rian, harus belajar dan juga
mencuci pakaian. Sehingga selama ini, setiap hari sabtu, ibu Rian selalu
mencucikan pakaian anakanya. Sampai minggu malam, semua pakaian Rian sudah rapi
tersetrika oleh Ibunya.
Selesai mencuci, Ibu Rian pergi ke
kamar Rian. Saat itu waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Sesuai dugaan Ibu
Rian, anaknya itu sudah tertidur pulas di ranjangnya. Ibu Rian tersenyum
melihat meja kamar anaknya. Melihat Rian menghabiskan susu dan roti yng
dibawanya itu serasa telah menghilangkan pusing dan penatnya. Ia merapikan meja
kamar Rian dan berdo’a agar anaknya diberi kemudahan serta kelancaran dalam mengerjakan
ulangannya besok. Setelah itu, Ibu Rian menyelimuti anaknya dengan selimut yang
ada disampingnya. Tapi bukan main terkejutnya Ibu Rian ketika ia sadar bahwa
kepala anaknya panas. Ia lantas mengambil air dan kain untuk segera
mengompresnya.
“Rian.. Rian.. Kalo bukumu
ketinggalan ya mbok pinjem teman dulu kan bisa. Malah pulang kayak gini. Ibu
takut kamu kenapa-napa Nak”, kata Ibu Rian kepada anaknya yang pulas tertidur
sambil meletakan kain kompres di kening Rian.
No comments:
Post a Comment