Wednesday 23 October 2019

Cinta segitiga?

Ibu, apa kabarmu? Semoga dalam keadaan baik saja. Ibu, aku ingin bercerita bahwa perempuan yang lama aku dambakan, kini bisa kulihat bukan hanya dari telepon genggam. Tawanya kini bisa langsung kudengar tanpa harus stalking di media sosial. Iya, Bu, sudah beberapa kali kami bersua bahkan berdua dan menghabiskan waktu bersama. Beberapa kali juga kami harus pulang saat dini hari. Maaf ya, Bu. Kalau kita tidak terpisahkan oleh jarak, aku yakin kau akan memarahiku, marah karena cemas, cemas pada putramu. Lalu sekarang saat aku juga cemas dengan keselamatan seorang perempuan, itu tidak salah kan, Bu? Rasa cemas yang Ibu wariskan lah yang menjadi alasan mengapa aku rela duduk berlama-lama bersama perempuan ini. Memastikan dia aman sembari mensyukuri tawa yang ia ciptakan. Aku juga terkadang mengawalnya pulang ke rumah, sampai kuterima indah senyumnya sebagai upah.

Ibu, ada hal yang lebih menarik lagi. Umumnya, aku akan melupakanmu saat aku mulai dekat dengan perempuan. Tapi kali ini berbeda, Bu. Aku pun tidak mengerti, aku tak bisa memikirkan dia tanpa mengingatmu. Aku juga akan mengingatnya saat aku memikirkanmu. Ibu bilang cinta itu datangnya dari Tuhan, manusia hanya dititipi untuk menyampaikan. Maka dari itu, Bu, jika saat ini aku jatuh hati pada orang yang tepat, maka bantulah doa agar aku dijatuhkan sedalam-dalamnya.

1 comment: